CAPD merupakan bagian
dari dialisis peritoneal, yakni suatu metode yang dikembangkan untuk
menghilangkan racun dan kelebihan air dari tubuh manusia. Metode-metode semacam
ini timbul karena adanya kerusakan pada ginjal dimana ginjal tidak mampu
berfungsi seperti normal, karena itu perlu dicari pengganti ginjal.
Dalam metode ini,
penggantinya adalah organ tubuh manusia yang disebut peritoneum (bandingkan dengan
hemodialisa yang memakai mesin). Peritoneum itu sendiri merupakan selaput tipis
yang terletak pada perut manusia, menyelubungi organ-organ tubuh yang terletak
dalam perut. Selain CAPD, ada beberapa metode dialisis intraperitoneal, di
antaranya IPD (intermitten peritoneal dialysis) dan CCPD (continous cyclic
peritoneal dialysis). Tetapi yang popular saat ini adalah CAPD.
Prinsip kerja CAPD
sebenarnya cukup sederhana. Cairan dialisa (dikenal dengan istilah diasilat)
dimasukkan melalui sebuah kateter (selang kecil) yang menembus dinding perut
sampai ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu
sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam
cairan tersebut. Setelah itu, cairan tersebut dikeluarkan, dibuang, dan diganti
dengan cairan dialisat yang baru.
Langkah awal dalam melakukan prosedur CAPD adalah membuang produk sampah tubuh kita ke dalam kantong untuk produk tersebut. Kemudian masukkan cairan dalam kantong dialisis ke dalam tubuh melalui kateter. Ini disebut sebagai pertukaran - ketika cairan baru menggantikan yang lama. Dialisat ditinggalkan dalam tubuh kurang lebih 5-6 jam untuk menggantikan fungsi ginjal. Selama 5-6 jam tersebut, penderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari. setelah itu, proses tersebut diulang kembali, dan begitu seterusnya.
CAPD dapat dilakukan sendiri di rumah,
biasanya 4 kali perhari. Namun untuk masing-masing individu, jumlah prosedur
CAPD yang perlu dilakukan dalam sehari bisa bervariasi, sesuai kebutuhan masing-masing
individu. Setiap kalinya hanya membutuhkan waktu 30 menit dan prosedurnya
sangat sederhana dan tidak menimbulkan rasa sakit. Yang perlu diketahui,
sebagai awal CAPD, perlu dilakukan operasi kecil untuk memasukan sebuah kateter
ke dalam abdomen. Kateter ini yang akan berfungsi sebagai saluran yang
menghubungkan peritoneum dengan dunia luar.
Salah satu kelebihan dari CAPD adalah
sifatnya yang praktis dan efisien. Penderita tidak perlu datang ke rumah sakit
untuk melakukan cuci darah. Mengapa? Karena dengan teknik CAPD, penderita
sendiri yang akan melakukan cuci darah setelah diajarkan. Sementara penderita
yang memilih metode hemodialisa harus rutin mendatangi tempat-tempat
hemodialisis selama 2-3 kali seminggu, tergantung kebutuhan masing-masing.
Selain itu, proses CAPD pun membutuhkan
waktu yang lebih singkat. Dimana ada kelebihan, tentunya ada kekurangan. CAPD
dapat diikuti beberapa komplikasi, bahkan kegagalan. Umumnya kegagalan CAPD
disebabkan karena peritonitis (radang pada peritoneum). Tetapi hal ini jarang
terjadi bila telah dilakukan prosedur yang baik. Faktor kegagalan juga dapat
disebabkan karena faktor kecakapan dan pengalaman operator.
Perlu tempat penyimpanan yang cukup luas
untuk menampung kantong dialisis, seperti gudang yang kering atau bangunan lain
yang serupa. Berbeda dengan kantong dialisis, pembuangan untuk hasil produknya
(produk sampah dalam cairan dialisat yang dikeluarkan dari tubuh) sangatlah
gampang. Cukup gunting kantong penampungnya dan tuangkan isinya ke toilet.
Ruangan untuk melakukan CAPD tidak harus steril. Cukup agar ruangan tersebut
bersih, maka CAPD dapat dilakukan.
0 komentar:
Posting Komentar